Kowaas: Tantangan Terberat Penyelenggara Saat Ini Hoaks


Penulis: Rikson Karundeng
Editor: Lefrando Gosal


ELEKTORAL.ID, Tomohon – Tantangan terberat penyelenggara pemilihan umum saat ini bukan soal teknis penyelenggaraan, tapi hoaks. Itu diungkapkan  Komisoner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tomohon, Divisi Sosialisasi, Sumber Daya Manusia (SDM) dan Partisipasi Masyarakat (Parmas), Stenly Kowaas, dalam kegiatan ‘Coffe Morning’ yang digelar di kantor KPU Kota Tomohon, Jumat (2/10).

Menurutnya, dengan berbagai kemajuan dan perkembangan teknologi seperti sekarang, sulit sekali penyelenggara pemilu bisa melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan.

“Makanya saya kadang-kadang tertawa sendiri kalau ada berita yang ditulis seolah-olah orang kalau tidak didata dalam pemutakhiran data pemilih, tidak akan memilih. Tidak seperti itu. Pemutakhiran data pemilih itu kan hanya berusaha untuk membuka jaringan untuk menemukan yang memiliki hak memilih. Rumus teknis ini simpel sekali. Orang yang tidak terdata sebagai pemilih pun bisa memilih,” kata Kowaas.

Stenly Jerry Kowaas

Salah kaprah dalam menulis berita, menurut Kowaas bisa saja membuat publik mendapatkan informasi hoaks dari media.

“Makanya saya agak tidak enak melihat, kalau ada kawan-kawan jurnalis yang salah filosofi dalam menulis berita. Jangan, jika ada orang yang tidak terdata sebagai pemilih, seolah-olah itu disengaja penyelenggara agar mereka tidak memilih. Tidak begitu,” tutur Kowaas yang juga dikenal sebagai seorang jurnalis sebelum menjalankan tanggung jawab sebagai personil KPU Tomohon.

“Bahkan orang yang tidak terdata sebagai pemilih pun, sepanjang dia punya bukti, tidak masalah. Seperti ada stigma yang disampikan ke masyarakat, seolah-olah kalau ada yang tidak masuk data pemilih, KPU itu curang. Seolah-olah ada tendensi, karena kepentingan tertentu kemudiian sengaja membuat mereka tidak memilih. Tidak demikian,” tegasnya.

Jadi, tidak terdaftar dalam daftar pemilih bukan berarti tidak bisa memilih. “Tetap bisa. Dia punya KTP saja, dia bisa memilih,” tandasnya.

Kowaas kembali menegaskan, tantangan penyeleggara pemilu hari ini bukan terkait teknis lagi.

“Kalau sekarang tantangan kita hoaks. Kalau dulu kan ada soal kehilangan surat suara, kalau sekarang sulit. Kalau pun itu permainan tingkat tinggi dari KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara), pasti dia dipidana dan sebagainya,” katanya.

Kowaas berharap, dalam Pilkada Tomohon 2020 ini, para jurnalis bisa menjalankan fungsinya yang ideal demi menghadirkan pesta demokrasi yang sehat, aman, damai dan kredibel.

“Kasarnya, seperti yang disampaikan Ibu Lynvia dan Pak Idham dan disempurnakan Ketua Vocke tadi, kawan-kawan wartawan bisa jadi ‘pemadam kebakaran’ di pilkada ini. Teman-teman sangat diharapkan menjadi ‘wasit’, bukan ‘pemain’ dalam pilkada ini,” kunci Kowaas.

Diketahui, dalam diskusi bersama para jurnalis tersebut, KPU Tomohon menghadirkan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Utara (Sulut), Voucke Lontaan, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, Lynvia Gunde, dan jurnalis senior Sulut Idham Malewa, sebagai pemantik. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini