Kapenkogabwilhan III : KKB Tidak Ingin Masyarakat Papua Maju.

Penulis: Imo Putro

Editor: Happy Karundeng

__________________________________________

Jayapura – Selain penembakan terhadap 2 guru, KKB juga menculik kepala SMPN 1 Julukoma atas nama Junedi Arung Salele. Kasatgas Humas Operasi Nemangkawi Kombes M Iqbal Alqudussy membenarkan kejadian tersebut, namun dia menyatakan bahwa Junedi telah berhasil diamankan di Koramil Beoga.

Iqbal menyatakan bahwa KKB pimpinan Nau Waker diduga kuat sebagai pelaku teror ini. “Kelompok ini diduga lari ke daerah Beoga karena posisinya terdesak oleh aparat TNI-Polri. Nau Waker merupakan bawahan dari KKB pimpinan Guspi Waker,” ujar kepada wartawan, Minggu (11/4).

Kombes Iqbal menambahkan, selain melakukan pembakaran tiga sekolah, kelompok Nau Waker juga melakukan pemerasan terhadap warga Beoga. Nau Waker telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Mimika karena sederet kasus kejahatan yang telah dilakukannya.

Tidak hanya membunuh dan membakar sekolah dan rumah guru, KKB juga melakukan aksi pemerasan. Kombes Iqbal menyatakan bahwa KKB sering memeras dan meminta uang 20 juta kepada kios-kios warga pendatang.

Terpisah, Bupati Puncak Willem Wandik mengaku sudah berusaha bernegosiasi dengan KKB yang berbasis di Intan Jaya tersebut.

“Setelah negosiasi, apa yang mereka minta untuk bisa jenazah keluar (dievakuasi) maka mereka minta sesuatu (uang), sehingga dengan hati yang berat, dengan pertimbangan kemanusiaan karena jenazah mulai membusuk, mau tidak mau kita penuhi permintaanya,” kata Wandik.

Namun dia menolak memberitahukan berapa uang yang diberikan kepada KKB. “Mereka minta cukup besar, kita tidak bisa tawar menawar, kalau tidak dilakukan maka pesawat tidak bisa masuk dan dampaknya luar biasa,” ia menuturkan.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf meminta pihak keamanan untuk untuk memperkecil ruang gerak KKB di Papua dan segera menangkapnya, pasca kejadian tersebut. “Meminta pihak keamanan agar segera memperkecil ruang gerak para KKB tersebut, dan ditangkap secepatnya,” kata Dede kemarin.

Ia prihatin dengan peristiwa itu. Dede meminta kepada pemerintah setempat untuk memberikan perlindungan kepada para guru. Selain itu, politikus Partai Demokrat ini meminta kepada pemerintah untuk memperbanyak tenaga pendidik yang berasal dari Papua. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya perbedaan.

Aksi teror KKB ini mengakibatkan rasa takut warga masyarakat Beoga, khususnya warga dan guru pendatang. Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Papua Christian Sohilait menyebut, lima guru yang mengalami trauma sudah berhasil dievakuasi ke Mimika.

“Mereka semua trauma dan minta pulang kampung. Hari ini mereka pulang ke rumah keluarganya dulu, besok mereka pulang ke Toraja,” katanya.

Sementara itu, Kapen Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa menyatakan aksi teror terhadap dunia pendidikan ini fakta yang menunjukkan kepada semua pihak bahwa OPM tidak menginginkan masyarakat Papua maju.

“Mereka (OPM) ingin menghancurkan masa depan masyarakat Papua melalui teror di dunia pendidikan. Kerja sama antar front OPM terlihat jelas pada kasus ini,” ujar Suriastawa.

Menurutnya, aksi teror front bersenjata dalam menghancurkan dunia pendidikan di Papua ini justru didukung oleh media pro OPM yang diduga merupakan front klandestinnya. Setidaknya terdapat 2 media yang diduga kuat memiliki link khusus dengan KKB dan diduga kuat menjadi salah satu front klandestin OPM.

“Media tertentu beritanya tidak pernah imbang, selalu menyuarakan dan mendukung kepentingannya, sebaliknya selalu menyudutkan pemerintah pusat dan aparat keamanan. Berbagai profesi ada di front klandestin ini, termasuk jurnalis dan profesi lainnya,” katanya. (Imo)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini